Oleh: Indiana
Malia
11/320185/SA/16205
Memasuki tahun 2000-an, perkembangan
karya sastra populer mengalami kemajuan yang signifikan. Hal itu ditandai
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan minat baca masyarakat.
Selain itu, industri percetakan juga turut memengaruhi perkembangan karya
sastra populer. Hingga saat ini, terdapat ratusan penerbit yang memfokuskan
diri untuk menerbitkan karya sastra yang bersifat populer, seperti Gradien Mediatama,
Bentang Belia, Bukune, D’Teens, Stilleto Book, dan sebagainya. Hal itu
membuktikan bahwa karya sastra populer sangat diminati masyarakat.
Berbeda dengan karya sastra serius
yang isinya ‘berat’ dan dapat teruji waktu, sebagian besar isi karya sastra
populer bersifat stereotip, menghibur, dan mudah dipahami hanya dengan sekali
baca. Perbedaan itulah yang terkadang menimbulkan pengkotak-kotakan karya
sastra. Karya sastra serius dianggap lebih baik dibanding dengan karya sastra
populer. Bahkan di beberapa universitas di Indonesia yang memiliki jurusan
Sastra Indonesia, terdapat peraturan bahwa bahan penelitian yang digunakan
untuk skripsi bukan karya sastra populer. Hal ini dikarenakan karya sastra
populer dinilai ‘sampah’, picisan, dan tidak bermutu.
Meskipun karya sastra populer
seringkali dipandang sebelah mata, akan tetapi terdapat sebuah fakta yang tidak
terbantahkan. Karya sastra populer semakin meroket di pasaran, bahkan
pertumbuhannya jauh di atas karya sastra serius. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya karya sastra populer yang diapresiasi masyarakat dan mencapai best seller, seperti novel Perahu Kertas karya Dee, Winter in Tokyo karya Ilana Tan, Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye,
dan sebagainya. Fakta tersebut membuktikan bahwa keberadaan karya sastra
populer tidak dapat diremehkan, bahkan lambat laun dapat melunturkan peraturan
universitas yang membatasi objek penelitian karya sastra.
Dalam
sejarah kesusasteraan Indonesia, keberadaan karya sastra populer dan karya
sastra serius memiliki kepentingan yang sama untuk dikaji. Tidak ada jenis sastra yang paling baik maupun yang
paling buruk. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sastra
serius membawa pembaca lebih dekat dengan kehidupan, agar lebih memikirkannya,
lebih waspada, sedangkan sastra populer justru menarik pembaca keluar sejenak
dari persoalan kehidupannya.
Yogyakarta, 26 Maret 2013
Pukul 08.46 WIB.
Kepopuleran karya sastra tengah banyak merasuk dalam jiwa seni para pemuda Indonesia.
BalasHapusMari perjuangkan kesusastraan indonesia.
Simak perbincangan lebih lanjut bersama kang Abik di acara "Bincang Sastra"
info: http://www.griya-pustaka.com/2013/05/bincang-sastra-bersama-kang-abik.html
Siap kakak ^^
Hapus