Archive for Juli 2014

Bab Kesekian--Dalam Suasana yang Emboh Sekali

No Comments »



Risma mengepaki barang-barangnya dengan perasaan campur aduk. Jadi begini rasanya hidup di Kampung Inggris. Pada hari-hari pertama tinggal di tempat ini, ia selalu menanti akhir bulan agar bisa cepat pulang. Ia membenci bahasa Inggris sampai ke ubun-ubun. Tapi kebenciannya perlahan-lahan luntur seiring dengan kebersamaan yang ia rasakan bersama teman-teman. Kampung Inggris menyimpan berjuta cerita yang tidak terlupakan. Setiap sudut Kampung Inggris memiliki kesan tersendiri baginya. Elfast, camp Griya Kemuning, teman-teman E-Fast One, Sakti, Mei, Mr. Kalend, Air Terjun Madakaripura, Candi Surowono, Toko Buku “Berkah”, ratusan sepeda ontel yang memenuhi jalanan setiap harinya, dan semua hal yang ada di Kampung Inggris kelak akan selalu ia rindukan.


“Risma, beneran nih mau pulang sekarang? Keep contact, ya!” Army memeluk Risma erat-erat. Sudut matanya berair.
  “Of course yes, my beloved roommate,” jawab Risma sambil tersenyum.
   “Jaga diri kamu baik-baik. Semoga cepat meraih gelar sarjana!” kata Usta setengah bercanda.
   “Iya, Miss. Makasih banyak atas semua ilmu yang Miss Usta berikan,” Risma memeluk Usta.
    “Kalau jadian dengan Mr. Sakti, kabar-kabar, ya,” celetuk Elsa.
  Anak-anak tertawa. Satu per satu memeluknya, memberikan salam perpisahan. Ah, betapa menyedihkannya. Sembari menahan air matanya agar tidak tumpah, ia berjalan menuju taksi yang sedari tadi menunggunya. Risma melambaikan tangannya dari dalam. Begitu taksi berjalan dan menjauh dari camp Griya Kemuning, tangis Risma pecah.
      Tetiba saja ia teringat Sakti. Entah di mana anak itu sekarang. Setelah berjanji akan menemuinya sebelum ia pulang ke Jogja, Sakti menghilang begitu saja. Tak ada kabar apa pun sejak pagi. Mungkin Sakti sudah melupakannya. Mungkin Sakti sedari awal memang hanya mempermainkannya. Kampung Inggris memang identik dengan cinta periode, kan? Dan ia menjadi salah satu orang yang terjebak di dalamnya

Pada Akhirnya

No Comments »

Pada akhirnya saya golput, meski saya tak ingin. Sudah menentukan pilihan, tapi apa boleh buat. Saya terlalu ceroboh, sih. Nyesek memang. Ah, sudahlah. Entah Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta yang menang, semoga Indonesia-ku jauh lebih baik. Aamiin.