Archive for 2021

5 Langkah Mudah Tetap Cuan di Tengah Pandemik, Dijamin Laku Keras!

No Comments »

Sudah satu tahun Indonesia menghadapi gempuran wabah COVID-19. Berbagai sektor terdampak, mulai kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi dan bisnis. Imbasnya, banyak pelaku usaha bangkrut dan merumahkan karyawan. Ya, badai PHK ada di mana-mana. Belum lagi, pemerintah menerapkan pembatasan sosial untuk menekan laju penularan COVID-19.

Tetapi, hidup harus terus berjalan, kan? Di era digital seperti sekarang ini, ada banyak sekali potensi yang bisa kita manfaatkan untuk menambah penghasilan. Berbekal kuota internet, kamu bisa mencoba berbagai peluang bisnis dari rumah. Apa saja itu? Simak, ya!

1. Gali potensi diri yuk!

Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menggali potensi diri. Coba renungkan, apa hal yang paling kamu sukai dan berpeluang dijadikan lahan bisnis? Misalnya, kamu punya hobi merajut. Nah, daripada karyamu hanya jadi pajangan di rumah, kamu bisa mencoba mengemasnya dengan lebih menarik sebelum dilempar ke pasar.

Contoh lain, kamu suka mengajar. Dengan bekal ilmu yang kamu punya, kamu bisa coba membuka kelas kursus secara online bergaransi. Misalnya, kamu menawarkan materi awal secara gratis di platform YouTube. Apabila ada yang tertarik materi selanjutnya bisa mendaftar sebagai peserta premium.

2. Tangkap peluang pasar

Masih bingung juga? Coba amati sekitar, adakah hal yang lagi ngehype saat ini? Saat pandemik COVID-19 tahun lalu, ada fenomena baru di dunia fashion anak muda, yaitu berburu pakaian bekas bermerek. Ini menjadi solusi yang cukup baik bagi orang-orang yang berkantong cekak. 

Meskipun banyak yang menghabiskan waktu di rumah, tak sedikit pula yang ingin tetap gaya. Nah, kamu bisa tuh melakukan thrifting lalu menjual kembali baju bekas tersebut. Tetapi, gak semua baju bekas berharga murah, ya. Kamu harus melakukan riset terlebih dahulu. 

Selain baju bekas, baju tidur juga sangat laris saat pandemik. Sebab, banyak orang yang bekerja dari rumah tetapi ingin berpakaian santai. Kalau kamu tak punya cukup modal, kamu bisa menjadi reseller terlebih dahulu. Setelah uang terkumpul, kamu bisa mulai memasok barang langsung dari distributor.

3. Manfaatkan platform online 

Sadar gak sih kalau kemajuan teknologi sangat membantu kita dalam segala hal? Tidak terkecuali saat kita mau memulai bisnis. Sekarang ini banyak banget loh e-commerce yang bisa membantumu berjualan. Sebut saja Shopee, Tokopedia, Bukalapak, sampai Caroussel. Kamu bisa menggunakan semua platform itu untuk berjualan. Selain itu, kamu juga bisa menggunakan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp. 

Namun, pastikan dulu ya barang apa yang ingin kamu jual. Jangan lupa, cantumkan email atau kontak customer service untuk menangani berbagai keluhan pelanggan.

4.  Berikan iming-iming diskon bersyarat

Yup, diskon adalah salah satu cara untuk menggaet minat pasar. Di awal membuka usaha, kamu bisa mencoba taktik ini. Tentukan besaran diskon yang ingin kamu berikan beserta jangka waktu promosinya. 

Agar produkmu lebih dikenal pasar, kamu bisa memberlakukan diskon bersyarat. Misalnya, diskon 20 persen untuk produk A dengan syarat merepost produkmu di Instagram atau media sosial lainnya. Ini secara tidak langsung kamu mendapatkan promisi gratis dari konsumen. Asyik, kan?

5. Jangan berhenti promosi

Promosi adalah hal yang wajib kamu lakukan saat berjualan online. Coba bayangkan toko online yang kamu punya itu adalah sebuah warung. Kalau warung itu tutup terus, siapa yang mau beli coba? Sama halnya dengan toko online, kamu harus gencar promosi agar orang sadar kalau kamu lagi jualan. 

Adakah cara promisi secara halus biar gak terkesan nyampah? Ada, dong. Misalnya, jual produkmu dengan cara story telling. Mula-mula, ceritakan sesuatu yang pada akhirnya mengarah ke produkmu. Sehingga, audiens media sosialmu tidak merasa sedang disamperin pedagang, melainkan sedang didongengin. Yuk, mulai belajar ilmu copywriting!

Jangan Anggap Remeh, Ini Fakta-fakta Anemia yang Perlu Kamu Tahu

1 Comment »

Tahun lalu, saya hampir jatuh pingsan saat usia kandungan menginjak trimester kedua. Setelah periksa ke dokter, saya divonis anemia cukup berat sehingga harus mengonsumsi beberapa tablet obat. Setelah melahirkan pun, saya tetap mengonsumsi obat tersebut. Namun, tahukah kamu bagaimana respons orang-orang di sekitar saya?

"Ah, kalau hamil memang biasanya anemia."
"Biasa itu mah, jangan terlalu dipikirin."
"Nanti lama-lama juga sembuh."

Saking seringnya ibu hamil terkena anemia, lama-lama hal itu dianggap lumrah. Dalam hati saya bertanya-tanya, "Bener gak sih anemia hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan?". Pertanyaan itu pun terjawab saat saya menyimak webinar "Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi" di akun YouTube Nutrisi Bangsa. Ternyata, anemia itu bisa jadi lingkaran setan. Tidak hanya berdampak buruk bagi ibu hamil, melainkan juga pada balita hingga remaja.

Status gizi yang kurang baik akan berisiko stunting

Menurut dr Spesialis Gizi Klinik Diana Sunardi, anemia adalah suatu kondisi rendahnya kadar Hb dibandingkan dengan kadar normal yang menunjukkan kurangnya jumlah sel darah merah yang bersirkulasi. Berdasarkan data Riskesdas 2013, angka anemia di Indonesia pada balita laki-laki sebanyak 29,7%, balita perempuan 26,5%, anak laki-laki usia 6-12 tahun 28%, anak perempuan usia 6-12 tahun 27,4%, perempuan usia 15 tahun (tidak hamil) 22,7%, laki-laki usia 15 tahun 16,6%, ibu hamil 37,1%, laki-laki 18,4%, dan perempuan 23,9%. 

Proporsi anemia pada ibu hamil juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan Riskesdas 2013 sebanyak 37,1%, lalu pada 2018 meningkat menjadi 48,9%. 

"Ini harus jadi perhatian oleh pemerintah kita karena anemia merupakan tantangan lintas generasi, masa remaja hingga anak. Masalah gizi di Indonesia ini memang mulai dari ibu menyusui, balita, remaja, hingga ibu hamil. Angka anemia juga memenuhi angka malnutrisi di Indonesia, yaitu stunting," ungkap dr Diana dalam webinar tersebut.

Angka stunting di Indonesia berkisar 37,2%. Menurut dr Diana, siklus stunting memang berawal dari status gizi yang kurang baik pada remaja putri. Ketika suatu saat dia hamil, dia akan mengalami anemia defisiensi zat besi. Akibatnya,  lahirlah bayi-bayi yang kurang nutrisi dan berisiko stunting. 

"Pertumbuhan seorang anak dipengaruhi oleh banyak hal. Mulai dari protein, vitamin, karbohidrat, mineral, kalsium, dan faktor terpenting adalah zat besi. Zat besi tidak hanya untuk sel darah merah atau haemoglobin atau anemia pada balita, tapi juga untuk pertumbuhannya," jelas dr Diana.

Pahami gejala anemia

Ada beberapa gejala anemia yang perlu dipahami.Gejala umum berupa kelopak mata pucat dan kulit pucat. Apabila anemia berat, penderita mengalami napas cepat atau sesak napas, kelemahan otot, dan tekanan darah rendah. Sementara, anemia kronis ditandai dengan pembesaran limpa, nadi cepat, dan sakit kepala. Pada ibu hamil, gejala anemia ditandai mulai dari wajah dan kelopak mata yang pucat, kurang napsu makan, lesu dan lemah, cepat lelah, sering pusing dan mata berkunang-kunang. 

"Dampak anemia pada kehamilan ini cukup serius dan harus dapat perhatian. Anemia dapat meningkatkan infeksi, premature, preeklamsia, gangguan pertumbuhan janjin, gangguan fungsi jantung, hingga perdarahan pascamelahirkan," kata dr Diana.

Sementara, gejala anemia pada anak-anak adalah rewel, lemas, pusing, tidak napsu makan, gangguan konsentrasi, gangguan pertumbuhan, cenderung mengantuk dan tidak aktif bergerak. Menurut dr Diana, dampak jangka panjang anemia baik pada orang dewasa maupun anak-anak adalah menurunkan daya tahan tubuh. 

"Infeksi akan meningkat serta kurang bugar. Konsentrasi yang kurang ini akan menurunkan prestasi dan kinerja," ungkapnya.

Hingga kini, pemerintah telah mencanangkan pendekatan masalah kesehatan berkelanjutan untuk lintas usia agar mata rantai masalah nutrisi dapat terselesaikan. Cara dan upaya pencegahan terjadinya anemia pada remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan balita melalui konsumsi gizi seimbang dan lengkap, berupa makanan kaya akan zat besi dan pengoptimalan penyerapan zat.

Penyebab anemia dan cara penanganannya

dr Diana menjelaskan, penyebab anemia kurang zat besi yang utama adalah asupan makanan, kemudian baru diikuti penyakit atau penyebab lain. Berdasarkan Riskesdas, konsumsi pangan di Indonesia masih didominasi oleh nabati, asupan energi dan protein masih rendah, sehingga terjadi defisit energi, protein dan micronutrient. Anemia kurang zat besi disebabkan faktor asupan, yaitu rendahnya asupan zat besi, terutama besi heme. Kemudian, rendahnya asupan vitamin C, konsumsi sumber fitat yang berlebihan, konsumsi sumber tannin (kopi, teh) berlebihan, dan menjalankan diet tidak seimbang. 

Pada anak-anak, anemia kurang zat besi dapat terjadi apabila tergolong pemilih makanan atau picky eater. Anemia juga dapat terjadi akibat asupan makanan yang tidak bervariasi, kondisi tertentu yang menyebabkan gangguan penyerapan, dan asupan besi rendah (alergi bahan makanan sumber besi heme). 

"Zat besi heme tergantung pada sumber protein hewani, untuk penyerapannya mudah, jadi akan langsung diserap oleh tubbuh. Sementara, zat besi non heme harus melalui proses agar dapat diserap dengan baik oleh tubuh. Untuk zat besi non heme ada di bahan makanan nabati, itu asupannya ditingkatkan dengan vitamin C. Tetapi, besi non heme ini dari bahan makanan nabati itu akan dihambat oleh serat," kata dr Diana.

Penyerapan besi non heme berupa asam askorbat, vitamin C, asam sitrat, komponen-komponen makanan lain. Sementara, zat-zat yang dapat menghambat penyerapan di antaranya fitat, tannin, polifenol, kalsium, dan seng (zinc). 

Bahan makanan sumber zat besi hewani bisa didapatkan melalui daging sapi, domba, ayam, hati ayam, hati sapi, hati domba, dan ikan salmon. Kemudian, zat besi nabati bisa didapatkan melalui daun hijau. Untuk mengoptimalkannya harus dikonsumsi bersama makanan yang dapat meningkatkan peynyerapan, yaitu vitamin C. Bahan makanan yang mengandung vitamin C di antaranya paprika merah, brokoli, jambu biji, kiwi, cabai, kelengkeng, stroberi, blewah, mangga, tomat, dan jeruk.

"Oleh sebab itu, penanganan masalah anemia dan gizi lainnya di Indonesia dikonservasikan berkelanjutan terus-menerus. Mulai dari remaja putri, anak usia sekolah dapar makanan tambahan, balita, ibu hamil, hingga lansia," jelas dr Diana.

Upaya penanganan anemia pada remaja putri dilakukan melalui kombinasi kerja sama antara dinas kesehatan, dinas pendidikan, persatuan orangtua murid, sekolah, dan organisasi lain yang bergerak di bidang kesehatan. Kemudian, penanganan anemia pada ibu hamil dilakukan melalui kerja sama puskesmas, keluarga, masyarakat, posyandu, antenatal care, serta penyediaan fortifikasi makanan untuk ibu hamil. 

"Pastikan asupan bergizi seimbang. Bila asupan didominasi sumber besi non heme, pastikan dikonsumsi bersama dengan unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Fortifikasi makanan ini di antaranya tepung terigu atau tepung beras, biskuit, dan susu. Terakhir, patuh mengonsumsi tablet tambah darah," kata dr Diana.


Masalah gizi umumnya terjadi karena kurangnya pengetahuan

Corporate Communication Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan, masalah gizi di Indonesia tidak melulu karena tidak punya uang, melainkan kurangnya pengetahuan. Menurut Arif, Danone Indonesia sangat ingin mengedukasi melalui kerja sama mitra. Ini akan memengaruhi habit pola makan dan minum dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. 

"Salah satu programnya adalah isi piringku yang ingin mempromosikan gizi seimbang untuk anak usia 4-6 tahun melalui guru dan orang tua. Program ini sudah melibatkan 4000 guru dan 40.000 siswa paud, dan 44 ribu ibu-ibu," jelas Arif.

Selain itu, Danone Indonesia juga menginisiasi gerakan Ayo Minum Air (Amir). Ini didorong fakta dari survei yang dilakukan Danone Indonesia, sebanyak 4 dari 5 anak Indonesia kurang minum. Padahal, kekurangan hidrasi 2 persen saja bisa memengaruhi konsentrasi. Menurut Arif, program Amir bertujuan meningkatkan kebiasaan minum 7-8 gelas per hari. Program ini diikuti lebih dari 700 ribu siswa SD serta 1,2 juta siswa Paud di 5 Provinsi dan melibatkan 1,2 juta lebih kader PKK. 

Program lainnya adalah warung anak sehat. Program ini bertujuan mengedukasi ibu-ibu pengelola kantin di sekolah. Hingga kini tercatat 234 agen warung yang aktif, lebih dari 300 guru terlatih, dan 6000 ibu yang terlibat.

Danone Indonesia juga melakukan edukasi masyarakat tentang gizi dan kesehatan. Berikut tiga program andalannya.

1. Gesid (Generasi Sehat Indonesia)

Program ini bertujuan membangun pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan dan gizi remaja, pentingnya 1000 hari pertama kehidupan dan pembentukan karakter. Program ini telah menjangkau 2000 siswa di 5 SMP dan 5 SMA.

2. Taman Pintar

Danone Indonesia mendukung 4 fasilitas pendidikan yang fokus pada kesehatan dan gizi di Taman Pintar, Yogyakarta untuk 1 juta pengunjung per tahun (sebelum pandemik).

3. Duta 1000 pelangi

Danone Indonesia memberikan bantuan kepada karyawan dan masyarakat sekitar tentang masalah gizi dan kesehatan dalam 1000 hari pertama kehidupan dengan menjadikan karyawan sebagai duta. Karyawan dilatih dan dibekali pengetahuan tentang gizi seimbang.