Amanah

Lokasi              : Padepokan KH. Ahmad Dahlan
Waktu              : Pukul 09.30 WIB (kira-kira jam segituan laaah)
Suasana            : Mencekam (hahaha)


Pagi menjelang siang. Alkisah, setelah sidang Pleno II, terpilihlah 5 orang formatur yang bertanggung jawab untuk menentukan masa depan komisariat IMM Ibnu Khaldun tercinta. Mereka adalah Mas Faris, Mas Uur, Kukuh, Rosyid, dan aku (begitulah, aku satu-satunya cewe coba -_- ).
"Butuh waktu berapa lama? 15 menit?" tanya Mbak Rofi.
"20 menitan lah!" tawar Mas Faris.
"Ya wis. Monggo ..."
Kami berlima lalu keluar dari padepokan dan lesehan di Mushola. Jeng jeng jeng ... singkat cerita 10 menit pertama berlangsung dengan suasana mencekam. Muka kami terlipat-lipat, antara pusing dan ngantuk. Waktu tersisa 10 menit, dan kami masih saja berputar-putar di lingkaran yang sama. Bingung. Masing-masing memberikan argumen, bla bla bla daaaan ujung-ujungnya kembali lagi di masalah awal. Alah piye tho iki?
"Waktu sudah habiiiis!" teriak Mbak Rofi dari balik pintu.
"10 menit lagi, ya!"
Argumen dilontarkan lagi. Bla bla bla ... (sengaja tidak kutulis, karena ini masalah negara, hahahaha) dan lagi-lagi kami mentok. Enggak nemu jalan. Ya Allah, beginikah rasanya menentukan keputusan? Sulit.
"Peraturannya kan emang nggak boleh poligami jabatan, jadi jelas dia nggak bisa. Njuk piye?" kataku sambil memegangi kepala.
Semua mengangguk-angguk. Lalu kembali sibuk dengan pikiran masing-masing. 1 menit ... 3 menit ... 8 menit ... belum nemu keputusan!
"Selama ada laki-laki ya biar laki-laki saja. Aku belum mampu kalau jadi pemimpin," kataku lagi, pura-pura lupa dengan pembahasan kesetaraan gender semalam. Hahaha. Aku lantas melontarkan alasanku, bla bla bla yang intinya aku nggak bisa. Ada amanah lain yang harus kutunaikan sepanjang tahun 2013-2014, dan itu akan menyita banyak sekali waktuku.
"Wis tho, aku percoyo karo kowe. Kowe pasti iso. Iki cah-cah kabeh bakal mendukung kowe," kata Mas Faris sambil menunjuk Mas Uur. Yang ditunjuk balik menunjukku. Halah piye jal -_-
"Waktu habiiiiis!" teriak Mbak Rofi lagi.
Kali ini teriakannya kami abaikan. Hahaha. Merasa dicuekin, dia kembali masuk ke padepokan. Kami kembali saling berargumen. Lalalala ... 15 menit terlewat, dan pada akhirnya keputusan pun diambil! Deal. Kami telah menentukan pemimpin periode 2013-1014. Meski berlangsung sangat alot dan bikin aku makin kegerahan (karena sejak pagi kagak mandi, hahahahah), akhirnya salah satu diantara kami bersedia memegang tampuk pimpinan umat. *jeru rek bahasaku*
"Alhamdulillah," Mas Faris sampe-sampe bersujud syukur, sementara aku terbengong-bengong melihatnya. Hehehe, agak aneh lihat dia kayak gitu. Dengan langkah pasti, kami lalu masuk ke padepokan. Tampak wajah teman-teman yang penasaran setengah mati. Siapakah Ketua Umum dan Sekretaris Umum terpilih periode ini? Jeng ... jeng ... jeng ...
Upacara penutupan pun berlangsung dengan keputusan Mas Uur a.k.a Auliyaur Rohman sebagai Ketua Umum dan Indiana Malia a.k.a diri saya sendiri sebagai Sekretaris Umum.

|

|

|

Aku tahu, di depan sana ada banyak aral melintang yang siap membabat kami habis-habisan jika tidak mampu bertahan. Dua tahun di organisasi ini membuatku mengerti seluk-beluk komsat. Aku tahu, ada suatu masa di mana rasa jenuh kerap menghampiri, lelah mengurus sesuatu yang nggak mau diurus, pertengkaran, dan pada akhirnya yang tak mampu bertahan akan tumbang satu per satu. Kenapa aku malah ngebahas yang buruk-buruk aja? Yah, ini semacam pengingat diri saja, bahwa mengemban amanah di organisasi ini bukanlah hal yang mudah. Siapa yang tidak mampu bertahan maka akan tumbang di tengah perjalanan, catat ini!
|

|

|

Lama aku termenung, dan mengingat-ingat perjalanan dua tahun lalu. Ya, sebuah perjalanan yang mengantarku ke kampus tawangsari ini.
"Kenapa kamu mau bertahan? Kan enggak rame! Nggak kayak di organisasi lainnya!"
"Anggotanya dikit banget, ya?"
"Iya, ibaratnya hidup segan mati tak mau!"
"Mending ikut jamaah X atau F saja, Ndi. Enak lho, ramai diskusi, banyak kegiatan menarik juga. Yakin deh, ilmumu makin bertambah!"
"Kamu nggak bosen, Ndi? Wong kegiatannya lho gitu-gitu aja."
"Itu organisasi islami kan ya, tapi kok interaksi antar anggotanya mmm ... kurang 'islami'?"

Dan entah pertanyaan apalagi yang memberondongku ketika aku masih adem ayem aja di organisasi ini. Suara-suara dari luar yang tanpa henti mempertanyakan organisasiku. Entah itu mengkritik pergaulan anggotanya yang kurang 'islami' lah, kurang kegiatan ini lah, itu lah, yang kalau kutuliskan semuanya nggak bakalan cukup. Aku hanya bisa tersenyum saja menanggapinya.

Kenapa kamu mau bertahan? Kan enggak rame! Nggak kayak di organisasi lainnya!

Ya mari turut meramaikan. Kalau semuanya mengeluh dan pada akhirnya pergi, siapa yang akan meramaikan? Berkontribusi lah dari hal-hal kecil semacam itu. Sederhana sekali, kan? *senyum kalem*

Anggotanya dikit banget, ya?

Hehehe, kenapa? Ya monggo gabung kalau mau, biar tambah banyak anggotanya ^^


Iya, ibaratnya hidup segan mati tak mau!

Ya di situlah titik perjuangannya, bagaimana cara nguripi lan ngopeni organisasi sampai bisa berdiri tegak.

Mending ikut jamaah X atau F saja, Ndi. Enak lho, ramai diskusi, banyak kegiatan menarik juga. Yakin deh, ilmumu makin bertambah!

Di jamaah X atau F sudah terlalu banyak yang ngopeni. Iki lho, seng cilik koyo ngene seng wayahe diurip-uripi. Organisasi ini memang tidak sebesar dan se'wah' organisasi lain, tapi justru itulah lahan perjuangannya. Memang organisasi ini terkadang tampak kering bak gurun sahara, jadi mari kita sirami bersama-sama.

Kamu nggak bosen, Ndi? Wong kegiatannya lho gitu-gitu aja!

Bosen ya pasti. Ada saat di mana aku bener-bener bosen dan jenuh merasakan atmosfer komisariat yang bikin keki. Tapi, mari kembali tanamkan semangat 'memberi', bukan 'meminta'. Jangan mencari timbal balik di tempat yang serba kekurangan ini. Kalau kegiatannya jalan di tempat dan membosankan, ya mari bantu kami menemukan jalan keluar. Sesederhana itu.

Itu organisasi islam kan ya, tapi kok interaksi antar anggotanya mmm ... kurang 'islami'.

Kata 'islami' memang sengaja kukasih tanda petik. Karena menurutku, interaksi yang baik dan benar bergantung pada pandangan masing-masing individu. Setiap organisasi memang mempunyai cara tersendiri untuk menyikapi hal ini. Dan, selama aku di organisasi ini, aku tidak menemukan hal-hal yang aneh dan tidak wajar.

Yah, kira-kira begitu jawaban yang kulontarkan ketika pertanyaan-pertanyaan itu muncul.

|

|

|

|

Di depan sana, ada jalan yang membentang luas. Selama satu periode ke depan, akan ada banyaaak sekali rintangan yang menghampiri. Umumnya kata "sibuk" selalu dijadikan alasan. Kalau sudah begitu, aku jadi teringat ucapan salah satu alumni.

 "Sibuk? Kita juga sibuk. Hahaha. Kata-kata ini sering sekali aku dengar selama di IMM. Tapi begini, cobalah sudut pandang ini. Jangan samakan IMM dengan kegiatan-kegiatan atau kesibukanmu di kampus. Jadikan IMM sebagai tempat untuk mensyukuri waktu. Dari rentangan waktu yang diberikan Allah selama di bangku kuliah, sisihkan waktu, pikiran, atau materi untuk IMM, sebagai wujud rasa syukur dengan apa yang sudah diberikan kepada kita."




Teruntuk seluruh jajaran pengurus IMM Ibnu Khaldun UGM periode 2013-2014. Mari rapatkan barisan, dan teriakkan, "Semangat Fastabiqul Khairat!" ^^


Yogyakarta, 5 Mei 2013
Pukul 15.58 WIB

 


 Pembukaan musykom ^^


Pembacaan tata tertib sidang


Pasca upacara penutupan ^^



This entry was posted on Minggu, 05 Mei 2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply