Selamat malam,
Pare. Ini adalah malam terakhir aku berada di sini. Besok siang aku akan
kembali ke Jogja setelah dua minggu dengan sengaja membolos. Rasanya?
Sedih. Ini seperti mengulang waktu tahun lalu, ketika aku akan berpisah dengan
teman-teman E-Fast One. Entah kapan aku bisa kembali ke sini. Pare sudah memiliki tempat tersendiri di
hatiku. Ya, tempat yang membuatku bersemangat belajar dan selalu ingin kembali.
Tempat yang selalu memberikan kejutan dan bermacam cerita setiap harinya. Juga,
tempat melarikan diri yang tepat. Di sini, aku bisa melupakan segala rutinitas
membosankan yang kulalui setiap harinya.
Dua hari ini aku
melewati hari yang begitu melelahkan, menegangkan, sekaligus menyenangkan. Kau
tahu, kemarin adalah tanggal 7 Maret dan baru kali itulah aku tidak
mempedulikan angka 7. Aku menyukai apa pun yang berhubungan dengan angka 7,
entah kenapa. Dan seharusnya aku bersemangat menyambut angka itu di hari
kelahiranku kemarin, Jumat 7 Maret 2014. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.
Aku menganggapnya biasa-biasa saja. Aku tidak harap-harap cemas menanti pukul
12 malam lebih satu detik seperti yang biasa dilakukan orang-orang. Membuat
pengharapan, resolusi, atau apa lah itu. Halah, boro-boro.
Malam itu aku
menghabiskan waktuku di Elfast hingga pukul setengah sembilan malam. Mr. Miftah
mengadakan kelas tambahan untuk program Pronunciation II. Besoknya ada tiga
final exam dan aku belum menyiapkan apa pun! Selesai program, aku langsung
kembali ke camp dan terlelap hingga pukul lima pagi. Nggak sempat belajar.
Bangun tidur langsung ngambil handuk dengan tergesa-gesa, mandi, lalu siap-siap
ke PEACE. Ada kelas intensive class dari pukul tujuh sampai pukul setengah
sembilan. Setelah itu, balik lagi ke Elfast untuk kelas pronunciation. Selesai
program langsung menuju kelas lain untuk ujian program Talk More. Sejujurnya
ini adalah ujian yang paling menyedihkan di antara semua ujian. Setiap murid
diharuskan mengambil satu kertas berisi satu pertanyaan yang harus dijawab saat
itu juga. Dua menit speak English tanpa henti. Dan aku … ah, bodoh. Saat itu
aku hanya berdiri dan mengucapkan beberapa kalimat. Bingung dicampur tidak
menguasai topik yang diajukan. Sedih. Nggak maksimal. Dan kerasa makin sedih
ketika teman-teman lain mendapatkan topik yang justru sangat kuinginkan -_-
Selesai ujian,
aku makan siang bersama Miss Ratna dan Fida. Dan aku baru sadar kalau siang itu
adalah pertemuan terakhirku dengan Miss Ratna :( . Sebelum berpisah, dia
mengucapkan beberapa hal membuatku agak bengong.
Semoga kuliahnya lancar.
Semoga segera didekatkan dengan
jodohnya.
Semoga mendapatkan jodoh yang sesuai
dengan keinginanmu dan keinginan orang tua.
Dan blablabla yang menyangkut jodoh,
hahahaha. Oh my God, saya baru 21, Miss. Hahahahahahaha … setelah itu, kami
berpelukan. Ah, sedih. Entah kapan bisa bertemu Miss Ratna lagi, the master of
grammar in Elfast. Selesai makan, aku langsung menuju camp dan menyiapkan alat
tempur: kertas, pulpen, kamus. Pukul 7 malam aku ada ujian pronunciation II dan
ngerinya harus berhadapan dengan Mr. Alex, native speaker dari Amerika. Aku
nggak tahu harus ngomong apaan dengan dia, karena ketika aku sudah speak
English, aku otomatis mengabaikan grammar dan bagaimana mengucapkan kalimat
dengan benar. Ditambah lagi kosakataku yang masih sangat minim. Speak English
sama anak-anak aja masih sering gagap, apalagi sama native? Hzzzz. Dan
bodohnya, setelah menyiapkan alat tempur, aku malah tertidur sampai setengah
empat sore. Kertasku masih kosong tanpa coretan apa pun. Mengenaskan.
Pukul empat aku sudah duduk manis di
kelas. Ada ujian speaking dan ini cukup mengerikan karena kupingku agak soak
buat dengerin conversation. Yah, belum terbiasa dengar percakapan orang asing.
Hahahahaha. Tapi untunglah, aku bisa mengisi semua soal yang entah benar entah
tidak. Selesai ujian, beberapa orang berombongan masuk kelas sembari membawa
kue dengan satu lilin di atasnya. Teman-teman dari kelas Talk More yang sengaja
benar datang telat. Mereka beramai-ramai
mengucapkan selamat bertambah tua.
Ah, aku terharu …
Bagaimanapun mereka telah
menghilangkan keteganganku menghadapi ujian, huahahaha. Dan entah siapa yang
mulai, bedak yang biasa dipake buat punishment mereka tumplekin di badanku. Ah,
I love u all!
Pssst... sebenernya aku mau cerita panjang lebar, tapi tiba-tiba cerita terhenti di sini. Mau ngelanjutin udah lupa ada kejadian apa aja hari itu, hahaha!