CERITA PARE #PART 10



 
Selamat malam, Pare. Ini adalah malam terakhir aku berada di sini. Besok siang aku akan kembali ke Jogja setelah dua minggu dengan sengaja membolos. Rasanya? Sedih. Ini seperti mengulang waktu tahun lalu, ketika aku akan berpisah dengan teman-teman E-Fast One. Entah kapan aku bisa kembali ke  sini. Pare sudah memiliki tempat tersendiri di hatiku. Ya, tempat yang membuatku bersemangat belajar dan selalu ingin kembali. Tempat yang selalu memberikan kejutan dan bermacam cerita setiap harinya. Juga, tempat melarikan diri yang tepat. Di sini, aku bisa melupakan segala rutinitas membosankan yang kulalui setiap harinya.

Dua hari ini aku melewati hari yang begitu melelahkan, menegangkan, sekaligus menyenangkan. Kau tahu, kemarin adalah tanggal 7 Maret dan baru kali itulah aku tidak mempedulikan angka 7. Aku menyukai apa pun yang berhubungan dengan angka 7, entah kenapa. Dan seharusnya aku bersemangat menyambut angka itu di hari kelahiranku kemarin, Jumat 7 Maret 2014. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Aku menganggapnya biasa-biasa saja. Aku tidak harap-harap cemas menanti pukul 12 malam lebih satu detik seperti yang biasa dilakukan orang-orang. Membuat pengharapan, resolusi, atau apa lah itu. Halah, boro-boro.

Malam itu aku menghabiskan waktuku di Elfast hingga pukul setengah sembilan malam. Mr. Miftah mengadakan kelas tambahan untuk program Pronunciation II. Besoknya ada tiga final exam dan aku belum menyiapkan apa pun! Selesai program, aku langsung kembali ke camp dan terlelap hingga pukul lima pagi. Nggak sempat belajar. Bangun tidur langsung ngambil handuk dengan tergesa-gesa, mandi, lalu siap-siap ke PEACE. Ada kelas intensive class dari pukul tujuh sampai pukul setengah sembilan. Setelah itu, balik lagi ke Elfast untuk kelas pronunciation. Selesai program langsung menuju kelas lain untuk ujian program Talk More. Sejujurnya ini adalah ujian yang paling menyedihkan di antara semua ujian. Setiap murid diharuskan mengambil satu kertas berisi satu pertanyaan yang harus dijawab saat itu juga. Dua menit speak English tanpa henti. Dan aku … ah, bodoh. Saat itu aku hanya berdiri dan mengucapkan beberapa kalimat. Bingung dicampur tidak menguasai topik yang diajukan. Sedih. Nggak maksimal. Dan kerasa makin sedih ketika teman-teman lain mendapatkan topik yang justru sangat kuinginkan -_-
Selesai ujian, aku makan siang bersama Miss Ratna dan Fida. Dan aku baru sadar kalau siang itu adalah pertemuan terakhirku dengan Miss Ratna :( . Sebelum berpisah, dia mengucapkan beberapa hal membuatku agak bengong.

            Semoga kuliahnya lancar.

            Semoga segera didekatkan dengan jodohnya.

            Semoga mendapatkan jodoh yang sesuai dengan keinginanmu dan keinginan orang tua.

           Dan blablabla yang menyangkut jodoh, hahahaha. Oh my God, saya baru 21, Miss. Hahahahahahaha … setelah itu, kami berpelukan. Ah, sedih. Entah kapan bisa bertemu Miss Ratna lagi, the master of grammar in Elfast. Selesai makan, aku langsung menuju camp dan menyiapkan alat tempur: kertas, pulpen, kamus. Pukul 7 malam aku ada ujian pronunciation II dan ngerinya harus berhadapan dengan Mr. Alex, native speaker dari Amerika. Aku nggak tahu harus ngomong apaan dengan dia, karena ketika aku sudah speak English, aku otomatis mengabaikan grammar dan bagaimana mengucapkan kalimat dengan benar. Ditambah lagi kosakataku yang masih sangat minim. Speak English sama anak-anak aja masih sering gagap, apalagi sama native? Hzzzz. Dan bodohnya, setelah menyiapkan alat tempur, aku malah tertidur sampai setengah empat sore. Kertasku masih kosong tanpa coretan apa pun. Mengenaskan.
            Pukul empat aku sudah duduk manis di kelas. Ada ujian speaking dan ini cukup mengerikan karena kupingku agak soak buat dengerin conversation. Yah, belum terbiasa dengar percakapan orang asing. Hahahahaha. Tapi untunglah, aku bisa mengisi semua soal yang entah benar entah tidak. Selesai ujian, beberapa orang berombongan masuk kelas sembari membawa kue dengan satu lilin di atasnya. Teman-teman dari kelas Talk More yang sengaja benar datang telat.  Mereka beramai-ramai mengucapkan selamat bertambah tua.

            Ah, aku terharu …

            Bagaimanapun mereka telah menghilangkan keteganganku menghadapi ujian, huahahaha. Dan entah siapa yang mulai, bedak yang biasa dipake buat punishment mereka tumplekin di badanku. Ah, I love u all! 


Pssst... sebenernya aku mau cerita panjang lebar, tapi tiba-tiba cerita terhenti di sini. Mau ngelanjutin udah lupa ada kejadian apa aja hari itu, hahaha!

This entry was posted on Selasa, 07 Oktober 2014. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply