Judul Buku :
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis :
Tere Liye
Tahun Terbit :
2011
Tebal :
264 Halaman
Bagi
sebagian orang, jatuh cinta adalah sesuatu yang wajar. Ya, jatuh cinta memang
sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia. Bahkan, orang yang seumur hidupnya
tidak pernah merasakan jatuh cinta pasti akan dianggap abnormal. Namum, pernahkah
engkau merasakan apa yang dirasakan oleh Tania, memendam cinta dalam waktu yang
sangat lama? Apa yang kau lakukan jika hal itu terjadi padamu?
Semua
itu bermula di suatu malam yang dingin. Hujan turun deras di sepanjang jalan.
Tania yang saat itu tengah mengamen bersama sang adik terpaksa mengeluarkan suara
yang lebih kencang, berharap kepingan receh dari penumpang bus yang tampak
lelah. Namun, sesuatu terjadi saat mereka tengah mengedarkan kantong plastik kepada penumpang.
Kaki Tania tertancap paku payung! Gadis kecil itu menangis, sementara sang adik
tampak kebingungan. Saat itu lah, seorang laki-laki menolong mereka. Dia
membalut kaki gadis itu dengan sapu tangannya. Perkenalan pun terjadi. Saat
itu, Tania baru berumur 12 tahun, sedangkan laki-laki itu berumur 25 tahun.
Hari-hari
berikutnya, laki-laki yang ternyata bernama Danar itu rutin mengunjungi
keluarga Tania yang tinggal di rumah kardus. Tania hanya tinggal bersama Ibu
dan adik laki-lakinya. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Kehidupan keluarga
kecil itu pun kian berwarna dengan kehadiran Danar. Dua minggu setelah
pertemuan di Bus itu, Danar mengajak Tania dan adiknya, Dede, pergi ke salah
satu toko buku yang cukup terkenal di Jakarta. Sebelum pergi, Tania sengaja
memakai pakaian terbaik yang dia miliki. Saat Danar melihatnya, Danar memujinya
dengan mengatakan bahwa dia cantik dan rapi. Tania sangat gembira mendengar
pujian itu. Dia sama sekali tidak paham dengan perasaannya yang tiba-tiba
meledak-ledak itu.
Danar
ibarat malaikat di rumah kardus sederhana itu. Karena sejak bertemu dengan dia,
kehidupan keluarga Tania berubah menjadi lebih baik. Danar bersedia
menyekolahkan Tania dan Dede, namun dia tak pernah melarang mereka berdua untuk
tetap mengamen sepulang sekolah. Dia sangat pengertian. Tania pun semakin kagum
kepadanya.
Tania
mulai bingung dengan perasaannya saat Danar mengajak keluarganya berlibur ke
Dufan. Saat itu, Danar membawa seorang wanita bernama Ratna. Entah kenapa, dia
sangat tidak suka melihat Kak Ratna yang terus menerus menempel ke Danar.
Tangannya tak pernah terlepas dari tangan Danar. Mereka berdua tampak sangat
serasi, bahkan Ibu pun mengatakan kalau mereka sudah saatnya menikah. Namun
mereka hanya menanggapinya dengan senyuman. Sebaliknya, Tania merasa kesal.
Tak
lama kemudian, Tania dan keluarganya hijrah dari rumah kardusnya ke sebuah
kontrakan sederhana. Dengan modal yang diberikan oleh Danar, Ibu mengembangkan
usaha kue. Dalam waktu singkat usaha kue itu pun berkembang pesat hingga
membutuhkan beberapa karyawan untuk membantu pekerjaan Ibu. Namun, kebahagiaan
itu tak berlangsung lama. Dua tahun kemudian, Ibu meninggal dunia akibat
penyakit kanker yang sudah lama dideritanya. Tania dan Dede pun pindah ke rumah
Danar agar tak merasa kesepian dan melupakan kejadian pahit itu.
Selepas
kepergian Ibu, datang sebuah kabar bahwa Tania dinyatakan lolos dari ujian
seleksi beasiswa SMP di Singapore. Danar terus membujuknya untuk menerima
beasiswa itu, meski sebenarnya Tania enggan pergi. Dengan berat hati, gadis itu
pun meninggalkan tanah air dan dua orang yang sangat disayanginya. Di Singapura,
Tania saling bertukar kabar dengan Danar dan Dede melalui chatting. Dalam
setiap percakapannya, Tania selalu berusaha untuk memberikan sinyal kepada
Danar bahwa dia tertarik kepada laki-laki yang umurnya jauh di atasnya itu.
Namun, entah kenapa Danar selalu tampak tidak peka. Dia hanya menaggapi
celotehan Tania dengan bercanda.
Tiga
tahun kemudian, Tania lulus dengan predikat memuaskan. Dia pun pulang ke tanah
air. Saat bertemu dengan Danar dan Dede di bandara, dia tak sanggup menahan
rindu. Dipeluknya dua orang yang sangat yang disayanginya itu. Terlebih lagi
kepada Danar, gadis itu tak dapat berkata-kata demi bertemu orang yang
dicintainya.
Karena
prestasinya yang membanggakan, Tania mendapatkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan
sekolahnya di SMA Singapura. Dan lagi-lagi, Danar membujuknya untuk menerima
tawaran itu. Untuk yang kedua kalinya, Tania mengalah. Dia sudah bersumpah
untuk menuruti semua perkataan malaikat keluarganya itu. Tak berapa lama
kemudian, dia pun kembali terbang ke Singapura.
Semakin
lama, Tania semakin tak kuat menahan perasaannya. Dia selalu berusaha memancing
Danar lewat percakapan chatting, namun laki-laki itu tetap saja menanggapinya
sambil lalu. Tania kesal, namun dia juga tak berani mengungkapkan perasaannya. Dia
terlampau takut untuk menerima kenyataan yang tak diharapkannya.
Hingga
suatu ketika, Danar dan Dede mengunjunginya ke Singapura untuk merayakan ulang
tahun Tania yang ke tujuh belas. Tania sangat bahagia bisa merayakan ulang
tahunnya bersama orang yang dia cintai. Terlebih lagi, dia mendengar kabar
bahwa Danar dan Ratna telah putus. Tentu saja itu adalah kabar bahagia
untuknya. Dia masih menaruh harapan kepada Danar, walau laki-laki itu hanya
menganggapnya sebagai seorang adik. Kebahagiaan itu bertambah ketika Danar dan
Dede akan kembali ke Indonesia. Sebelum berpisah, Danar memberikan sebuah kotak
kepada Tania. Dan begitu kotak itu di buka, tangis Tania meledak. Danar
memberinya kalung bertuliskan huruf T yang memiliki banyak arti. Tania?
Tersayang? Tercinta? Atau … Teman? Tania selalu penasaran dibuatnya.
Namun,
Tania yang baru saja merasakan kebahagiaan itu harus menelan kenyataan pahit.
Danar pergi ke Singapura untuk melihat upacara kelulusan Tania. Gadis itu
kembali meraih predikat terbaik. Namun, ternyata Danar tidak pergi seorang
diri. Dia membawa Ratna, mantan kekasih yang kini telah menjadi kekasihnya
lagi. Perasaan Tania campur aduk saat mendengar penjelasan mereka berdua.
Mereka akan menikah tiga bulan lagi.
Karena
tidak mampu mengatasi perasaannya sendiri, Tania memutuskan untuk tidak pulang
ke Indonesia. Dia enggan melihat akad pernikahan itu. Hatinya terlampau sakit.
Pernah terbersit dalam pikirannya untuk mengungkapkan perasaannya, namun segera
ditepisnya. Lagi-lagi, dia takut menerima kenyataan yang tak diharapkannya.
Lagi pula, sudah jelas Danar akan menikahi Ratna. Itu artinya, Danar mencintai
Ratna dan sama sekali tidak pernah mencintai Tania.
Dua
tahun berlalu. Dan selama itu pula Tania tidak pulang ke Indonesia. Dia tak
pernah lagi mengirim email kepada Danar, meski laki-laki itu masih sering
menanyakan kabarnya lewat Dede. Hanya Ratna lah yang rutin mengiriminya email.
Dia sudah menganggap Tania sebagai adik. Awalnya email dari Ratna hanya berisi
tentang hal-hal yang umum, namun entah kenapa wanita itu tiba-tiba mengiriminya
email yang membuat Tania merinding. Dia bilang, rumah tangganya tak lagi aman.
Dia selalu merasa bahwa dia sedang bersaing dengan bayangan yang tak diketahui.
Semakin lama, Tania merasa kalau masalah yang dihadapi oleh Ratna sangat serius
dan harus segera diselesaikan. Dia pun memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
Perlahan-lahan,
benang-benang yang kusut itu pun terurai. Rahasia yang terpendam selama
bertahun-tahun itu pun mulai terkuak. Tania menerima sebuah kenyataan pahit
yang sulit untuk diterimanya. Ternyata, Danar memang tak pernah mencintai
Ratna. Karena cinta itu telah tersemai untuk seorang gadis yang sejak dulu
dicintainya. Dialah Tania ….
Ah,
sungguh akhir cerita yang menyesakkan. Kutanyakan sekali lagi padamu. Apa yang
kau lakukan jika hal itu terjadi padamu? Ku rasa, tidak mudah untuk
menjawabnya. Memendam perasaan terlalu lama tentu sangat menyakitkan, terlebih
ketika mengetahui bahwa orang yang dicintai ternyata memiliki perasaan yang
sama. Hanya saja, kenyataan itu datang di saat yang tidak tepat. Ya, terlambat.
Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye sangat menarik menurutku. Bukan saja karena
bahasanya yang mengalir atau lembar demi lembar yang selalu membuat pembaca
penasaran, akan tetapi juga karena hikmah yang terkandung dalam novel tersebut
sangat dalam.
Sebagian besar pembaca
menangkap bahwa pesan yang tersirat dalam novel tersebut adalah, “Ungkapkan
cintamu sebelum terlambat!”. Jika Tania mengungkapkan perasaannya lebih awal,
pasti cintanya tak akan bertepuk sebelah tangan. Dia akan hidup bahagia
selamanya bersama Danar, malaikat hidupnya.
Namun, bagaimana jika hal
itu di balik menjadi seperti ini, “Cintailah seseorang dalam diam, lalu biarkan
Tuhan yang berkehendak!”. Jika Tania mengungkapkan perasaannya lebih awal, dia
tak akan bisa menjadi seorang gadis yang tangguh. Dia tak akan bisa melanjutkan
sekolah ke luar negeri, merancang mimpi hingga mampu mewujudkannya , karena dia
telah mengungkapkan perasaannya jauh-jauh hari. Perasaan yang mampu mengubah jalan hidupnya, seperti seorang
pengemudi yang terburu-buru membanting stir. Kalau sudah begitu, lalu kau akan
memilih pendapat yang mana? Yang pertama, atau yang ke dua? Silahkan berpikir!
#Tugas kuliah zaman semester 3#
Ini novel bagus. Tere Liye emang kece :D
BalasHapusHehehe, emang :D
HapusSuka Tere Liye juga mbak ?
BalasHapusOya, btw salam kenal ya :))
Hehehe, iya ...
BalasHapusSalam kenal, Dyah :)
Manggilnya ninin aja mbak XD
BalasHapus