TV

"Pokoknya, kalau aku berkeluarga nanti, aku nggak mau masang TV di rumah. Tayangan sampah! Nggak sinetron, FTV, YKS atau apalah itu yang suka nayangin goyang nggilani, berita yang makin lama makin lebay, gosip, aaaah mbuh." Ujarku bersungut-sungut.
"Iya ... iya, nggak usah mencak-mencak gitu lah. Nanti kita nggak bakal masang TV di rumah kok, tapi ribuan buku yang akan dipajang di tiap sudut rumah."
Aku mengangguk, tapi sedetik kemudian melotot. "Apa katamu tadi? Kita?"
"Mengapa topik tayangan sampah itu tidak kau jadikan bahan untuk mengerjakan tugas UAS Sastra Sinema? Dosenmu pasti memberimu nilai A kalau membaca argumen-argumenmu," katanya santai, mengabaikan pertanyaanku.
Aku mendengus. Lalu kembali menatap laptop. "Percuma bertanya, kau tak akan menjawabnya."
"Karena memang tidak perlu dijawab. Tanpa kujelaskan pun, kau sudah pasti tahu."

This entry was posted on Kamis, 02 Januari 2014. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply