Balada Revisi

Kira-kira tiga jam yang lalu--ketika aku sedang sibuk rapat di sekre--penerbit menghubungiku dan mengatakan sesuatu yang cukup membuatku down. Intinya, novelku belum maksimal dan harus direvisi (lagi). Ketika membacanya, aku menghela napas berat. Aku tak lagi konsentrasi dengan rapat sore tadi. Berkali-kali temanku menanyakan sesuatu dan hanya kujawab "Hah?". Aku hilang arah. *alaaah


Aku bingung. Harus kuapakan lagi novel itu. Aku sudah merombaknya, dari 194 halaman menjadi 242 halaman. Kuruncingkan lagi konflik-konfliknya. Di tambah ini-itu, dikurangi beberapa. Prolognya pun kuganti. Novel itu selesai kurevisi pada tanggal 12 Januari 2014, pukul 21.20 WIB. Dan begitu kukirim lagi, jawabannya adalah: novelnya masih sama seperti kemarin. Belum ada nilai plusnya.


Selepas rapat, aku mampir ke lapak Mbak Aul dan sedikit curhat tentang naskahku ini. Katanya, "Halah, wong masih revisi empat kali, belum seratus kali!". Hahaha asem tenan. Aku tertawa-tawa, tapi juga rada ngenes di dalem.
Ah, novelku tersayang. Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu cantik?


Aku bingung, Tuhan ....


Ini sudah revisi keempat kalinya.


Ya, keempat kalinya!



Malam ini aku mengeluh. Biar saja. Aku hanya sedang lelah dan butuh suntikan semangat.

This entry was posted on Rabu, 15 Januari 2014. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

5 Responses to “Balada Revisi”

  1. Semangat, Mbak!
    Pejuang kata tidak pernah menyerah hanya karena kata-kata!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiiih, Muchtar! :D

      Btw, aku udah baca cerpenmu yang dimuat di HAI. Keren, aku suka endingnya :)))

      Hapus
    2. Makasih, Mbak.
      Padahal, secara linguistik, banyak yang menyalahi aturan dan banyak kata yang tidak ada di KBBI.

      Btw, aku ngirim cerpen ke majalah Hai lagi, lho :D

      Hapus
  2. semoga sebelum maret udah gak revisi, dan di bulan maret buku sudah terbit.
    :)

    BalasHapus