Ngobrol

Sambil menunggu sate matang, kami duduk di pinggir jalan. Menatap ratusan mobil dan motor yang berseliweran.

MR: Pacarmu sekarang anak mana, Ndi?
I     : Nggak ada, Mas. Kosongan aja. Aku males karo lanangan je, hahaha.
MR: Mending nggak usah deh, Ndi ...
I     : Kenapa emang, Mas?
MR: Nanti kamu makan hati. Nguras pikiran, nguras segalanya deh.
I     : Kowe curhat, Mas? Hahaha!
MR: Hahahasem!

Lalu mengalirlah cerita itu. Dan lagi-lagi aku hanya bisa mengembuskan napas. "Sing sabar yo, Mas ..."


Cinta.


Ah, cinta.


Cinta yang kadang-kadang jadi taik sekali. Cinta ... cinta ... cintaaaaaaik. Tuh, kan, akhirannya taik. Hahahahah!


Pacaran?

Setiap kali mendengar kata itu, yang ada di pikiranku adalah: emang kalo pacaran ngapain aja si? Paling keluar bareng, teleponan, makan bareng, jalan-jalan.

Dan aku bisa melakukan semua itu bersama teman-temanku.
Lalu bagaimana dengan someone special?




Someone special?
Hah, sejujurnya aku malas sekali memikirkannya. Ha njuk ngopo dipikir jeru-jeru? -_-


"Kowe ra doyan cowok a, Ndi?"
"Doyan lah. Aku normal."
"Hla kok aku ga pernah lihat kamu deket sama orang? Atau pacaran gitu?"
"Males, hahahaha."
"Mosok kamu ga pernah kepikiran punya pacar gitu, Ndi?"
"Pernah lah, tapi njuk meh ngopo ngono loh?"
"Yo kan lumayan ntar ada yang bisa nganter-nganter kamu ke mana lah ..."
"Aku gak nyari tukang ojek! Hahahahah!"



Menjalin hubungan lebih dengan laki-laki?
Hah.  Isih rak kepikiran.



Memangnya kaupikir menghapus borok di hati itu pekerjaan yang mudah?
Oh, dear, jangan ajak aku bicara tentang cinta yang bisa berakhir dengan taik itu. Aku tak ingin membahasnya.

This entry was posted on Senin, 30 September 2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

2 Responses to “Ngobrol”