Cinta ... Cinta ... Cinta ... Ah, Basi!!

Hari ini saya benar-benar frustrasi. Ah, tepatnya beberapa hari terakhir. Saya frustrasi karena stuck. Yak, mati ide! Saya tak bisa menulis apapun hari ini, kecuali nyampah di blog ini. Sementara deadline pengumpulan naskah kian dekat, otak saya tak bisa diajak berpikir sama sekali. Bayangkan, seharian ini saya berkutat di depan laptop tapi tak ada satu ide pun yang muncul. Saya paksa menulis, malah badmood jadinya. Ah, what the prek lah pokoknya!
Kata seorang teman, saya harus istirahat mengingat aktivitas saya yang padat hari-hari ini. Hahaha, kelihatannya saja sibuk, tapi sebenarnya saya cukup selo. Nggak percaya? Tuh, lihat saja tugas kuliah yang masih tergeletak di meja. Belum diapa-apakan. Ada lagi yang bilang, saya harus refreshing demi menyegarkan otak. Mungkin dia benar. Hidup saya bulan ini begitu monoton. Kuliah, latihan teater, pulang ke kos, nulis, lalu tidur. Sepertinya saya butuh hiburan, yah semacam jalan-jalan ke mana lah.
Tapi, sebenarnya bukan itu yang benar-benar membuat saya stuck. Saya sedang malas dan bosan setengah mati dengan sesuatu bernama CINTA dan segala romantismenya. Benar, saya bosan setengah mati!
Saya bilang begini bukan karena lagi patah hati atau sejenisnya, tapi karena benar-benar sedang bosan. Cinta berhamburan di mana-mana, sementara hati saya tengah malas membincang tentangnya. Cinta bertebaran dalam lagu, puisi, novel, film, dll. Orang-orang sibuk membincang cinta. Ada yang curhat lagi patah hati, ada yang sedang jatuh cinta, ada yang jadi korban KDP, ada yang selingkuh, bla ... bla .... bleh! Dan saya memposisikan diri saya sebagai pendengar saja. Ya, pendengar atas keluh kesah mereka. Karena saya tahu, dalam keadaan seperti itu mereka hanya butuh didengarkan.



Saya sedang malas dengan cinta-cintaan, tapi saya harus tetap berhubungan dengannya. Lebih tepatnya, karena tuntutan profesi *Hallaaaah, prek!*. Saya harus menulis beberapa cerpen (mungkin sekitar 7 cerpen) bergenre romance dan wajib dikirim tanggal 20 ini. Saya punya hutang 70 halaman di sebuah penerbit FF. Ketika menulis 30 halaman pertama, saya tak begitu mengalami kendala yang berarti. Meski agak tersendat-sendat, tapi akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Tapi sekarang? Prek banget lah pokoknya. Saya sedang malaaaaaassss menulis cerita bergenre romance.
Siapapun yang membaca sampah saya ini, jangan sekali-kali berkoar-koar di depan saya dan sok menasehati untuk menulis yang baik, benar, lurus seperti papan tripleks, dan semacamnya. Karena saya sedang tidak butuh kotbah dari siapapun --termasuk mereka yang sering menyampah-nyampahkan tulisan saya tentunya.

Entahlah, di mata saya, cinta tampak sangat membosankan layaknya sinetron sepanjang 2000 episode. Saya bosan menulis cerita romance dan semacamnya, meskipun kata teman saya tulisan saya terbilang romantis dan tidak membosankan. Hahahahaha! Mungkin itu dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah saya sedang jatuh cinta. Tapi sekarang saya sedang tidak jatuh cinta dan tidak ingin jatuh cinta dengan siapapun. Saya bosan sekali. Sangat-sangat bosan.

Saya terbiasa mencari ide melalui lagu, film, atau pun membaca buku. Tapi ketiga cara itu sama sekali tidak berhasil. Saya mendengarkan radio, lalu kembali saya matikan lantaran lagu-lagunya yang membosankan. Novel romance terakhir yang saya baca malah bikin perut mulas. Ceritanya seperti sinetron menye-menye. 2 jam yang lalu saya mencoba nonton film korea yang kata teman saya tuh film bikin air mata berderai. Tapi, sepanjang saya menonton, saya tidak meneteskan air mata sama sekali. Ceritanya ya begitu-begitu saja. Saling memendam cinta, tidak berani mengatakan, lalu salah satunya mati, kemudian menyesal. Alangkah basinya.

Dan sekarang saya nyampah di blog ini, gara-gara mati ide. Beberapa menit yang lalu teman kost saya mampir ke kamar saya, meminjam novel berbau cinta. Hah, saya kembali bosan. Di sela-sela kebuntuan ide, saya tiba-tiba teringat omongan salah seorang dosen favorit saya. Beliau berkata seperti ini, "Kamu punya potensi menulis. Kamu bisa berkembang asalkan terus berlatih, berlatih, dan berlatih. Cobalah kembangkan cakrawala berpikirmu. Buatlah tulisan-tulisan yang bisa diabadikan sepanjang zaman."
Saya tahu benar maksud ucapan beliau.

Masih ingat dengan tulisan saya sebelumnya? Sebuah tulisan yang membahas tentang sastra populer dan sastra serius. Di situ saya menuliskan bahwa sastra populer mengantarkan pembaca untuk keluar sejenak dari persoalan kehidupannya, sedangkan sastra serius membawa pembaca untuk lebih dekat dengan kehidupan. Singkatnya, sastra serius ngajak mikir, sedangkan sastra pop ngajak seneng-seneng. Sebenernya saya kurang suka sih dengan penyebutan sastra pop dan serius, tapi ya sudahlah.


Dan sekarang ... saya sedang bosan dengan hal-hal berbau cinta. Jujur saja, saya mulai tertarik untuk membuat tulisan yang membawa pembaca  untuk lebih dekat dengan kehidupan. Meskipun saya masih terseok-seok, tapi saya akan terus belajar. Entah sejak kapan, saya tertarik untuk menulis segala sesuatu tentang kaum yang termarjinalkan. Saya bukannya mau sok bijak hlo ya. Tapi saya memang beneran pingiiiin banget bisa bikin tulisan seperti itu. Mungkin ini juga disebabkan oleh segala hal yang saya lihat di sekitar saya. Segala sesuatu yang membuat hati saya tergerak untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Selain itu, faktor usia mungkin juga memengaruhi. Di umur saya yang tak bisa disebut sebagai remaja lagi *sok tua*, saya merasa bosan kalau setiap hari hanya menulis tentang kisah cinta yang dimodifikasi sedemikian rupa.


"Bosan kali lihat status isinya cinta-cintaan mulu. Galau nggak jelas, kayak nggak punya tujuan hidup aja. Cintaaa melulu. Emang hidup cuman ngurusin soal cinta?" kata seorang teman suatu hari.
Saya ngakak. Hahahahaha! Ada benarnya juga kata-katanya.

Ah, ya, saya teringat sesuatu. Saya pernah jatuh cinta dengan tulisan seseorang. Sebut saja Mbak B. Pertama kali baca tulisannya, saya langsung sukaaaa sekali. Tulisan-tulisannya bikin merinding. Saya diam-diam mengoleksi tulisannya. Tentu saja dia tidak tahu saya, lha memangnya saya ini siapa? Hahaha. Tapi, bisa dibilang, dia adalah orang pertama yang secara tidak langsung mengajak saya untuk mengembangkan cakrawala berpikir.


Sek ... sek ... ini kenapa saya malah cerita ke mana-mana? -______-"

Yah, intinya begitu lah. Saya sedang bosan dengan cerita cinta dan segala kebasiannya. Di pagi buta ini, saya hanya menginginkan satu hal, "Semoga besok, ketika saya bangun tidur, saya bisa menulis lagi. Lalu menyetor tulisan itu tepat waktu."

Sudah. Itu saja.

This entry was posted on Kamis, 06 Juni 2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply