"Siapa sih Zakia Salsabila?"
Satu pertanyaan yang kerap dilontarkan teman-temanku. Baiklah, akan kujelaskan :)
____Dua tahun yang lalu_____
"Zakia Salsabila. Bagaimana?" tanya dia setelah sekian lama kami terdiam dalam pikiran masing-masing.
"Hm?" keningku berkerut.
"Zakia Salsabila. Nama yang cantik, bukan?"
"Memang apa artinya?"
"Perempuan cerdas seindah dan seanggun telaga Salsabila." jawab dia mantap.
Aku tersenyum cerah. "Nama yang indah."
"Ya, dan aku harap kau bisa seperti nama itu."
"Semoga saja. Ah, aku suka nama itu. Nama yang indah ..." aku berdecak kagum.
Dia hanya tersenyum.
"Terima kasih, ya. Kalau kau ingin memakai nama apa?" aku balik bertanya.
"Rahasia," jawabnya.
Aku melengos. Sebal.
"Nanti akan kubawakan majalahnya. Bukalah rubrik cerpen, maka kau akan menemukan namaku di sana."
"Benarkah?" mataku membulat besar.
Dia mengangguk mantap.
Dan sejak saat itu lah, aku selalu memakai nama itu sebagai nama penaku di setiap tulisan yang kubuat. Aku senang memakainya. Kedengarannya sangat indah. Ya, aku sangat menyukai nama itu.
Aku bertekad untuk menggunakannya sebagai nama pena jika suatu saat nanti karyaku telah terbit.
Namun, semua itu tak bertahan lama.
Aku menanggalkan nama itu begitu saja. Aku memutuskan untuk menggunakan nama "Indiana" dalam tulisanku. Cukup Indiana saja, tak perlu kupanjangkan menjadi Indiana Malia.
"Kau tidak suka menggunakan nama Zakia Salsabila?" seorang teman bertanya.
Aku menggeleng. Aku masih sangat menyukainya. Nama itu masih indah seperti dulu.
"Lalu mengapa kau tidak menggunakannya lagi?"
Ah, siapa bilang? Aku masih menggunakannya kok. Nama itu telah kuabadikan di dalam blogku. Ya, sebagai nama blog. Mungkin aku tak akan mengubahnya. Yah, ku rasa nama itu sudah menjadi sebuah kenangan yang paling indah ...
Sekarang, kau sudah paham kan? Jadi, jangan tanyakan perihal nama itu lagi padaku.
Satu pertanyaan yang kerap dilontarkan teman-temanku. Baiklah, akan kujelaskan :)
____Dua tahun yang lalu_____
"Zakia Salsabila. Bagaimana?" tanya dia setelah sekian lama kami terdiam dalam pikiran masing-masing.
"Hm?" keningku berkerut.
"Zakia Salsabila. Nama yang cantik, bukan?"
"Memang apa artinya?"
"Perempuan cerdas seindah dan seanggun telaga Salsabila." jawab dia mantap.
Aku tersenyum cerah. "Nama yang indah."
"Ya, dan aku harap kau bisa seperti nama itu."
"Semoga saja. Ah, aku suka nama itu. Nama yang indah ..." aku berdecak kagum.
Dia hanya tersenyum.
"Terima kasih, ya. Kalau kau ingin memakai nama apa?" aku balik bertanya.
"Rahasia," jawabnya.
Aku melengos. Sebal.
"Nanti akan kubawakan majalahnya. Bukalah rubrik cerpen, maka kau akan menemukan namaku di sana."
"Benarkah?" mataku membulat besar.
Dia mengangguk mantap.
Dan sejak saat itu lah, aku selalu memakai nama itu sebagai nama penaku di setiap tulisan yang kubuat. Aku senang memakainya. Kedengarannya sangat indah. Ya, aku sangat menyukai nama itu.
Aku bertekad untuk menggunakannya sebagai nama pena jika suatu saat nanti karyaku telah terbit.
Namun, semua itu tak bertahan lama.
Aku menanggalkan nama itu begitu saja. Aku memutuskan untuk menggunakan nama "Indiana" dalam tulisanku. Cukup Indiana saja, tak perlu kupanjangkan menjadi Indiana Malia.
"Kau tidak suka menggunakan nama Zakia Salsabila?" seorang teman bertanya.
Aku menggeleng. Aku masih sangat menyukainya. Nama itu masih indah seperti dulu.
"Lalu mengapa kau tidak menggunakannya lagi?"
Ah, siapa bilang? Aku masih menggunakannya kok. Nama itu telah kuabadikan di dalam blogku. Ya, sebagai nama blog. Mungkin aku tak akan mengubahnya. Yah, ku rasa nama itu sudah menjadi sebuah kenangan yang paling indah ...
Sekarang, kau sudah paham kan? Jadi, jangan tanyakan perihal nama itu lagi padaku.