Antara Kugy dan Aku (?)


Beberapa detik yang lalu, aku baru saja kelar membaca novel Perahu Kertas karya Dee. Jujur, ini adalah karya Dee yang pertama kali aku baca, hehehe. Ketika pertama kali membuka halaman awal, perasaanku biasa aja, bahkan nyaris bosan dengan cerita yang rada bertele-tele. Tapi begitu mencapai 1/4 buku, aku gak bisa berhenti baca. Bagai orang kesetanan, seharian ini aku nyempet-nyempetin waktu buat baca. Bahkan pas matkul kritik sastra tadi, aku malah ayik baca sambil sesekali merhatiin anak-anak yang lagi presentasi, hehe. Tapi untunglah otakku masih bisa mencerna dengan baik penjelasan Pak Rudi ketika memaparkan pendapat bla bla bla ...
Perahu Kertas. Sebuah novel yang lagi booming dan bikin aku penasaran akhir-akhir ini. Untunglah, si Budi beli tuh novel, jadi aku bisa minjem, hahaha. 
Pas baca tuh novel, gak tahu kenapa aku ngerasa kalo Kugy itu 'gue banget!'. Hahaha, bukan sok nyamain ato gimana, tapi yah ... begitulah adanya. Dan perasaan itu lah yang bikin aku bertahan berjam-jam ngejogrok di kamar buat baca novel. Membaca kisah Kugy kok rasa-rasanya kayak ngaca pada diri sendiri.
Kugy yang doyan makan apa aja, itu gue banget. Sama seperti Kugy, aku bisa menghabiskan beberapa porsi makanan sekaligus kalo lagi kalap. Paling demen kalo ditraktir temen pas dompet kosong, hahaha. Juga selalu cuek bebek kalo ada yang komentar ,"Lo makan apa kesurupan?". Ya, itulah saya.
Kugy yang cuek dan rada gila, juga sama sepertiku. Penampilan kugy yang nyaris kayak gembel juga gak jauh beda (dulu). Sekarang, errr ... agak mendingan lah ya. :D
Kugy yang demen berkhayal. Bedanya, dia seneng nulis dongeng, sedangkan aku seneng nulis 'dongeng' kehidupanku sendiri, yang sampe sekarang tersimpan rapi di dokumen laptop, jadi koleksi pribadi.
Kugy yang memendam perasaannya selama tiga tahun pada Keenan, sahabatnya. Eh, ini sama gak ya? Hahahaha, abaikan saja lah, ga penting bagian ini -_-
Kugy yang perang dingin dengan Noni, sahabatnya sejak kecil. Tidak tanggung-tanggung, peperangan itu berlangsung selama 3 tahun. Berawal dari Kugy yang selalu menghindar dari Noni, Keenan, dan Eko karena dia gak sanggup melihat Keenan dicomblangin sama Wanda. Puncaknya, Kugy memilih tidak datang ke pesta ulang tahun Noni karena gak mau ketemu Keenan dan Wanda.
Pada bagian inilah, mulutku rasanya tercekat. Bukan ... kisah cinta mereka sama sekali gak mirip denganku, tapi pertengkaran Kugy dan Noni yang bikin aku terdiam lama. Lama ... sekali. Ada segumpal awan hitam yang mendadak mampir di mataku.
Persahabatan dua anak manusia yang sangat indah, namun harus berantakan karena sesuatu yang ... ah, aku gak bisa berkata-kata. Rasanya ... melihat perang Noni dan Kugy seakan membawaku pada serpihan masa lalu. Ya, persahabatan yang pecah gara-gara keegoisan masing-masing.
Berapa lamakah hal itu berlangsung? 4 tahun? 5 tahun? Entahlah. Yang ku ingat, aku tak pernah lagi melihatnya sejak 'peristiwa' itu.
Di mana dia sekarang?
Aku tak tahu.
Sehatkah dia?
Aku tak tahu.
Semakin cantik kah dia?
Aku tak tahu.
Apakah dia masih seceria dulu?
Aku tak tahu.
Masihkah dia membenciku?
Aku tak tahu.

"Aku rindu," hatiku berbisik pilu.

Rasanya, aku ingin semua ini berakhir seperti Kugy dan Noni yang dipertemukan dengan cara yang tak disangka-sangka, saling berpelukan, saling memaafkan ...
Yah, mungkin aku memang perlu menghanyutkan perahu kertas ke laut seperti Kugy, siapa tahu Neptunus berbaik hati melayarkan perahu itu ke hadapan dia. Dia, sahabatku ....


*tak sanggup menulis lagi*




Jogja, 19 Oktober 2012
Pukul 03.03 WIB



This entry was posted on Kamis, 18 Oktober 2012. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply