Lelah.
Hanya kata itu yang menemani saya dua minggu terakhir ini. Lelah melakukan
rutinitas yang tak jarang berujung pada stress. Capek, pengin istirahat, pengin
pulang!
Sekarang saya sudah
menjadi mahasiswa tingkat tiga, dan sangat menyedihkan ketika menyadari bahwa
ilmu saya masih segitu-gitu saja. Ngakunya anak Sastra Indonesia, tapi ilmu
masih cethek. Belum berkembang. Masih bingung ketika ditanya ini-itu. Belum
banyak membaca buku yang seharusnya saya baca. Parahnya, saya juga belum menorehkan
karya yang sesuai dengan apa yang ada di kepala saya. Ah, pokoknya saya belum
ngapa-ngapain!
Dan
sekarang, saya dihantui oleh waktu. Ya, waktu. Hampir sebulan perkuliahan
berjalan, tapi saya masih belum bisa memanfaatkan waktu dengan benar. Masih
suka bangun kesiangan dan ujung-ujungnya nggak bisa kuliah pagi, insomnia belum
sembuh, hell yeah.
Semester ini bisa
dibilang sebagai masa-masa yang paling menentukan impian saya. Duh, rasanya
pengin nangis aja kalau lihat dinding kamar. Di sana ada banyak tulisan yang
bikin hati nyeri, apa lagi kalo baca "2015 berangkat!"
Saya
bukannya lupa, kesempatan saya hanya ada di tahun depan. Tepatnya, bulan April
2014. Minimal, saya harus mendapatkan sertifikat JLPT setingkat N2 atau TOEFL
dengan score minimal 550. Sekarang sudah memasuki bulan Oktober, dan saya belum
bisa mencapai target! *air mata mulai keluar*
Padahal
... padahal ... padahal ... saya sudah merancang semuanya serapi mungkin. Bulan
Juli lalu saya berangkat ke Pare dalam rangka memperbaiki kemampuan bahasa
Inggris saya yang NOL putul, dan sampai sekarang rasanya belum begitu
berkembang. Gimana mo TOEFL-an? TT^TT
Ketika
saya kembali ke Jogja, bisa dibilang saya megap-megap. Ada tanggung jawab buat
ngurus 2 acara besar dan cukup menyita waktu, ditambah dengan kuliah yang
menggalaukan. Kaget, barangkali. Semester 5 sudah dihantam dengan proposal
skripsi. Bagaimanapun, di mata kuliah yang satu itu saya nggak mau main-main
alias sekadar mencari nilai. Saya pengen serius nanganin proposal, biar semester
6 bisa langsung nyusun (kalau lancar). Soalnya ... soalnya ... ini berkaitan
dengan faktor X.
Ehm,
sekarang bulan Oktober dan saya belum hapal Katakana, Hiragana, apa lagi Kanji.
Belajar Bahasa Jepang rasanya kesendat-sendat mulu. Jarang ngulang pelajaran,
nyampe kost bawaannya capek. Ditambah lagi dengan Les A dan Les B.
Alamaaaaaaaak, seminggu penuh aku makan les-lesan! Hahaha. Gila? Iya, saya
memang selalu gila kalau sudah punya niatan tertentu. FIGHTING! FIGHTING!
FIGHTING! GANBATTE NE ...!!!!!
Seharian
ini saya merenung di dalam kamar, memikirkan plan A sampai C. Intinya,
kemungkinan besar liburan semester ini saya nggak akan pulang dan tetap
nangkring di Pusat Studi Jepang UGM. Saya tahu, sih, saya nggak bakal bisa ikut
tes JLPT tingkat N2, palingan kalau nggak N5 ya N4. Minimal hapal 200 kanji lah
kalau pengen mudeng sama soal JLPT, itu di luar Hiragana sama Katakana loh.
Ikut JLPT N5 atau N4 artinya saya harus menahan diri sejenak untuk mewujudkan
impian "Berangkat Tahun 2015". Yah, anggap saja JLPT N5 atau N4
sebagai ajang melatih kemampuan :)
Ah,
membincang mimpi memang tiada habisnya. Iya, saya memang harus berusaha keras
untuk mewujudkannya. Berusaha sekeras-kerasnya, berdoa semaksimal mungkin, dan
merelakan waktu bermain. Kalau semester lalu saya masih bisa bebas ke mana
saja, semester ini saya lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kursus, di
kampus, dan di depan laptop.
Permasalahan utama
saya saat ini adalah waktu. Memang tidak mudah mengatur waktu untuk les,
kuliah, hobi, organisasi, dan pekerjaan. Kalau dipikir bersamaan memang bikin
strees, sungguh.
"Aduh,
gimana tugas kuliah?"
"Apa
kabar proposal? Kapan nih mo ke perpus? Kenapa susah amat nyari
referensinyaaaaa?"
"Acara
yang ini belum fix, argh!"
"Ho
iya, besok Minggu ada acara A!"
"Habis
rapat ini langsung rapat itu. Rek, urip kok mung nggawe rapat! Hahaha!"
"Duh,
Sensei ... ini kenapa otak jadi lemot banget nangkep pelajaran?"
"Hah,
tugas les A belum kukerjain!"
"Deadline
lomba ini kapan? Aaaargh! Udah nggak keburu!"
"Kerjaan
... kerjaan ... cepat kelarin dong!"
Hahahaha. Kira-kira seperti itulah
kondisi saya dua minggu terakhir. Pengin nangis? Iya! Capek? Banget! Pengin
pulang? Iyaaaaa! Tapi nggak bakal bisa pulang -____-
Mari
menghembuskan napas sejenak. Hhhh ...
Capek
memang menjalani semua ini. Capek. Capek. Capek.
"Bapak dan Ibu meridhoi apa pun
impianmu, Nduk. Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Kami hanya bisa mendoakanmu
dari sini. Kami yakin, sifatmu yang tak kenal menyerah dalam mewujudkan sesuatu
pasti akan menuai hasil yang sepadan dengan jerih payahmu.
JLAP!!!
Kalimat
itu seketika mengguncang kesadaran. Telepon dari Bapak dan Ibu benar-benar
menohok. Hei, ingatlah dengan yang jauh di sana. Orang tuamu!
Jadi,
tak ada alasan untuk menyerah, kan?
Yogyakarta,
Jumat 4 Oktober 2013.
Pukul
00.18 WIB