Pilihan

Menjadi mahasiswa tingkat akhir memang cenderung santai kelihatannya. Kuliah udah jarang, praktis selo banget. Masing-masing orang pun berusaha menyembunyikan kegelisahan mengenai tugas akhir a.k.a skripsi. Ya, termasuk aku. Pasca KKN, aku belum satu kali pun menyentuh novel yang kelak akan kujadikan objek kajian skripsi. Rencananya aku akan memakai novel Kak Erni Aladjai sebagai objek. Tapi kenyataannya, sampai saat ini aku belum melakukan apa pun.
Berbeda dengan teman-teman lain yang tinggal skripsi atau mengambil satu-dua mata kuliah, semester ini aku masih mengambil banyak SKS. Aku mengambil tiga mata kuliah lintas jurusan sekaligus. Bahasa Jepang, Bahasa Korea, dan Bahasa Thailand. Tiga mata kuliah itu yang benar-benar kutekuni dibanding mata kuliah lain. Tahu kenapa?
Impian. Ya, aku memiliki impian yang diragukan banyak orang. Impian yang kedengarannya absurd alias nggak jelas. Tapi aku benar-benar berusaha keras untuk itu.
Kegiatan yang rutin kulakukan saat ini adalah berlatih menulis, menghafal kosakata, membaca komik, mengajar, dan menggarap proposal novel. Kemarin pagi, tahu-tahu aku mendapat sebuah pemberitahuan seperti ini.

Novel debut yang kutulis dengan berdarah-darah pada akhirnya harus direvisi lagi. Nggak papa. Kali ini aku nggak ngeluh-ngeluh lagi. Aku terima saja apa yang ada. Ini adalah proses. Proses yang sangat panjang dan kelak akan berbuah manis. Semoga.
Kemudian aku disadarkan oleh sesuatu. S-K-R-I-P-S-I.
Padahal, sepanjang bulan Oktober sudah kujadwalkan untuk melakukan riset dan menggarap draft novel kupresentasikan di Bentang. November baru lah menggarap skripsi.
Tapi tampaknya sekarang aku benar-benar harus memilih. Aku tidak mungkin menunda revisi novel karena tinggal selangkah lagi akan edar. Aku juga tidak mungkin menunda penggarapan draft novel. Jika aku menundanya, draft itu akan membangkai seperti draft-draft terdahulu.



Lalu ....





Tiba-tiba saja nuraniku berteriak-teriak.


Apa sebenarnya yang kau inginkan?
Apa yang kau butuhkan?
Mana yang kau prioritaskan?
Kau menggarap skripsi karena niatanmu sendiri atau karena panik melihat teman-temanmu?




Dan pada akhirnya aku memang harus memilih. Aku tak bisa melakukannya dalam waktu bersamaan. Maka, kuputuskan untuk meninggalkan skripsi tuk sementara. Biarkan aku menggapai apa yang benar-benar kuinginkan saat ini....

This entry was posted on Kamis, 25 September 2014. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply