Menjadi Wanita

Seharian kemarin, emosiku berubah-ubah. Pagi hari bahagiaaaa sekali. Dan anehnya, bahagia itu tanpa sebab. Macam orang kasmaran, aku senyum-senyum sendiri. Padahal enggak lagi jatuh cinta. Enggak lagi kenapa-napa. Seneng tanpa tahu apa penyebabnya. Beberapa jam kemudian, mendadak nggak mood. Badan rasanya lemas dan capek, padahal nggak ngapa-ngapain. Selesai makan siang dengan Vika, aku langsung pulang. Pengennya maraaaah terus. Mendadak jadi makhluk sensitif sekali. Gara-gara sms-ku dicuekin sama Budi, langsung bete. Padahal biasanya enggak gitu. Lihat kamar berantakan, pengen marah. Bahkan kucing tak bersalah yang lewat depan kamar pun jadi sasaran. Aku kenapa? Enggak tahu. Ingat kalau ada tugas sosiologi sastra, aku langsung baca buku Prof. Faruk. Baru baca dua paragraf, tiba-tiba keringat dingin bercucuran. Badan semakin lemas. Sempoyongan buka pintu, tahu-tahu ambruk. Untung kepalaku jatoh ke kasur, bukan ke lantai. Perut melilit. Sakit. Lihat jam udah pukul tiga sore. Nggak sanggup jalan. Ujung-ujungnya bolos kuliah. Ben.
Dua jam gelimpungan di kasur sembari menahan perih di perut. Nyeri. Sakit. Rasanya seperti ditusuk jarum pentul. Pukul lima sore, kondisi lumayan membaik. Aku berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Dan .... voila! I get periode!
Oh, wanita. Sebegini menderitanya ketika tamu bulanan datang. Tamu yang selalu bikin aku cemas. Kalau nggak datang ditunggu-tunggu, kalau datang dicaci-maki. Ah, namanya juga siklus. Aku pernah membaca artikel di internet, tamu bulanan memang mempengaruhi emosi seseorang. Umumnya wanita akan terlihat letih di hari-hari pertama, kemudian jadi sensi abis. Cara mencegah agar orang lain nggak jadi sasaran adalah istirahat. Tidur.
"Baru PMS aja udah ngeluh. Sakitnya tuh nggak ada apa-apanya sama ngelahirin!" kata Ibu pas kutelepon kemarin.
Iya, ya. Benar juga. Ah, menjadi wanita itu memang tak mudah.




Iki aku nulis opo? Mbuh. Luweh.

This entry was posted on Selasa, 30 September 2014. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

One Response to “Menjadi Wanita”