Saklek!

"Kalau kau tidak bisa menerima perbedaan, ya nggak usah berkumpul sama makhluk bernama manusia. Daripada kau ngotot dan saklek dengan isi otakmu sendiri, pergilah ke hutan dan hidup sendirian. Sana!" (status facebook, 16 jam yang lalu).


Sebagian orang mengartikan status itu sebagai perbedaan pendapat antaragama, sebagian lagi mengira saya sedang sensitif dengan perdebatan perayaan Natal dan semacamnya. Saya baru ingat kalau sekarang tanggal 25 Desember. Hari Natal bagi umat Katolik dan Kristiani. Pantas saja banyak yang mengira saya sensi dengan hal itu. Hadooooh, otak cethek! Kau pikir masalah perbedaan pendapat itu hanya sekadar 'boleh enggak sih ngucapin hari Natal?'. Doh, rempong amat lah, ngepas-ngepasin momen banget. Nggak ... masalah perayaan itu adalah urusan pribadi umat Katolik dan Kristiani. Saya nggak akan turut campur dengan memperkeruh keadaan, semacam memposting seputar kontroversi hari Natal di socmed. Nggak, saya bukan orang kurang kerjaan. Dan rasa-rasanya semua teman saya yang tidak seagama dengan saya akan sangat sakit hati membaca postingan yang terkadang disertai bahasa yang keterlaluan, semacam umpatan mungkin. Ah, tiba-tiba kok saya teringat dengan status facebook Mbak Habsari beberapa hari lalu.

"Persoalannya bukan Bangsa Yahudi yang terlalu cerdas, melainkan penganut Islam yang terlalu selo. Mereka sudah mengembangkan banyak hal, kita masiiiih saja meributkan ucapan Natal. Ngakak lah mereka."

Saya nggak akan menjelaskan, karena saya tahu kamu punya otak untuk berpikir. Coba, baca baik-baik dan pahami kalimat itu. Jika diibaratkan makanan, jangan langsung ditelan. Kunyah dulu.


Sama seperti hal nya status saya 16 jam yang lalu itu. Nek kowe ora gelem ono perbedaan neng ndunyo, yo kono budalo neng alas bareng munyuk lan kanca-kancane. Uripo dewean. Ning agamamu kan wis dipelajari kepiye hubungan menungso siji karo menungso liyane, hla kok ora mbok enggo?


Status yang entah mengapa menimbulkan banyak komentar, mulai dari bercandaan sampai serius. Haha, itu artinya masih ada yang mau berpikir. Baguslah. Beberapa teman malah sempat mengirim inbox, merasa tersindir.


Ndi, kowe nesu karo aku a?


Statusmu ... apa aku punya salah sama kamu? Maaf...


Kamu kenapa?



Dan semacamnya. Hahaha, entahlah kok banyak yang merasa tersindir. Postingan itu memang bukan seperti saya yang biasanya. Ben. Sak-sake lah mau mahamin kek mana. Saya marah? Mungkin. Dan karena itulah, malam ini saya sengaja memposting deretan kalimat ini.


"Jadi, banyak-banyaklah membaca buku. Temui banyak manusia. Agar kau bisa 'melihat' dunia yang tidak sekadar hitam dan putih. Kasihan otakmu kalau kau biarkan terkungkung, seperti katak dalam tempurung. Sekian. Selamat malam!"


Baca dan pahamilah. Dunia ini tidak sekadar hitam dan putih, Bung!

This entry was posted on Rabu, 25 Desember 2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply