Sedih

Air mataku merebak. Tak tertahankan. Dadaku naik turun, menahan sesak.
"Ini sangat menyakitkan..."
Kau lantas memelukku. Membiarkan dadamu banjir air mata. "Menangislah, sayang. Menangislah jika itu bisa membuat hatimu lega ..."
Tangisku semakin kencang. Tiga puluh menit berlalu dalam diam. Biarlah, aku ingin tenggelam dalam kesedihan. Malam ini saja.

 

This entry was posted on Sabtu, 30 November 2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

6 Responses to “Sedih”

  1. Nopo ,Ndi? Kemarin kau tertawa begitu riang melihat hasil pengumuman kompetisi novel yang kau ikuti--novelmu lolos tahap seleksi. Sekarang kau bersu-sedan macam anak kucing yang ditinggal mati induknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan novel bud, tapi cerpen -..-

      Ah, saya sedang sedih. Dan ingin berkumpul bersama kalian... *HUG*

      Hapus
  2. kampret. nanya serius-serius.
    awas kalo makan sampe muntah lagi
    ups

    BalasHapus