JELAJAH ALAS PURWO
Sebenarnya
pagi itu kami berencana menjelajah dua tempat, yaitu Baluran dan Alas Purwo. Tetapi
setelah dipikir-pikir, kayaknya enggak mungkin bisa mencapai keduanya dalam
waktu sehari. Baluran letaknya di ujung utara, sementara Alas Purwo di ujung
selatan. Untuk mencapai satu tempat, setidaknya kami membutuhkan waktu tiga
jam. Daripada tewas di jalan, kami lantas memutuskan ke satu tempat saja. Alas
Purwo menjadi pilihan karena letaknya yang lumayan dekat dengan rumah Mas
Ilham. Pukul 9 pagi, kami turun dari kawasan Kawah Ijen. Separuh perjalanan
kulalui dengan setengah sadar. Kepala meleng ke kanan, kemudian ke kiri.
Ngantuk berat, meeen! Berulang kali Mas Ilham tereak-tereak gegara aku hampir
jatoh, hahaha. Sebelum masuk ke kawasan Alas Purwo, kami harus melewati jalanan
tanpa aspal yang dipenuhi bebatuan besar. Rasanya perutku kocak merasakan
jalanan yang nggronjal-nggronjal,
mana jauh pula. Kata Mas Ilham, jalanan ini masih terbilang mending kalau
dibandingkan dengan Bande Alit. Woah, padahal aku pengen ke sana bareng bapakku
-___-‘
Pukul 12 siang, sampai lah kami di
gerbang Alas Purwo. Kami turun sebentar buat foto-foto sambil mengistirahatkan
pantat yang terasa tepos. Iya, tepos banget gila. Beberapa menit kemudian, kami
menuju pos buat beli tiket. Waktu itu kira-kira tiketnya 25 ribu buat 3 orang.
Lumayan murah lah kalau dibandingin Papuma yang 12,5 ribu per orang *ehm. Kami
lantas melanjutkan perjalanan ke arah Pantai Pancur. Oya, di Alas Purwo ini ada
banyak banget tempat yang bisa dikunjungi—dan waktu seharian nggak bakal cukup
buat mengunjungi semuanya. G-Land adalah tempat yang paling terkenal dan sering
dikunjungi turis. Kami pengen sih ke sana, tapi karena keterbatasan waktu, kami
jalan ke tempat yang dekat-dekat saja. Sepanjang jalan, kami nengok kanan-kiri.
Kali aja beruntung ketemu merak atau monyet. Kami masih punya banyak snack dan
kayaknya monyet-monyet itu bakal suka. Tapi ternyata kami tidak menemui hewan
apapun, hiks. Sesampainya di Pantai Pancur, kami memarkir motor dan laporan ke
petugas. Di tempat ini ada wisata goa juga ternyata, dan untuk mencapai tempat
itu kami harus jalan kaki lagi.
“Nggak usah ke goa, deh. Mending
mantai aja!” bujukku. Badanku sudah lumayan mreteli
gegara jalanan nggronjal-nggronjal
tadi -_-
Siang itu Pantai Pancur terbilang
sepi. Teriknya matahari membuat kami urung ke pantai dan leyeh-leyeh sejenak di
sungai kecil dekat situ (sungai atau cekungan air, sih? hahaha). Aku langsung
mencelupkan kakiku di sana dan ceessss
… segarnyaaaa! Rasanya pengen nyebur, tapi kayaknya itu sungai cukup dalam.
Airnya jernih ditambah dengan pemandangan ikan-ikan kecil di dalam sana.
Sementara aku bernyanyi-nyanyi kecil, Aka dan Mas Ilham naik ke atas pohon,
merasakan angin semilir dan tewas di tempat, ahahaha. Bosan dengan sungai, aku
lantas menuju pantai. Sebenarnya pantainya bagus, sayang kotor banget. Pasir
putih itu jadi tampak jelek gegara sampah di mana-mana. Aku berlari mengejar
ombak, mencium bau laut sepuasnya sambil ketawa-ketawa nggak jelas, hahahaha. Yes, I love beach so much. Nggak ada
bosen-bosennya kalau sudah ada di pantai. Aku bisa betah mainan ombak
berjam-jam atau berjemur sembari menatap laut lepas. Aku bahkan pernah duduk
diam di atas pasir tanpa melakukan apapun entah berapa jam lamanya. Entahlah,
ketika aku di pantai semuanya terasa lepas. Menyenangkan. Tetapi siang itu
Pantai Pancur sedang galak dan nggak bisa diajak berteman. Ombaknya ganas, jadi
aku mengurungkan diri buat nyebur. Setelah puas berlarian nggak jelas ke sana
ke mari, aku kembali ke tempat Aka dan Mas Ilham. Rupanya mereka juga agak
bosan.
“Ke Padang Savana, yuk! Lumayan
dekat kok dari sini, sekitar 1 km doang,” kata Aka.
“Yuk! Habis shalat kita ke sana,”
sahut Mas Ilham sambil beranjak.
Kami lantas menuju mushola terdekat,
shalat duhur, lalu melanjutkan perjalanan. Tak sampai tiga puluh menit,
sampailah kami di kawasan Padang Savana Alas Purwo. Setelah memarkir motor,
kami naik ke sebuah gardu pandang dan melihat pemandangan dari atas. Sebenarnya
aku agak kecewa sih gegara savana-nya dikelilingi pagar. Maksud hati kan pengen
lari-larian di padang savana atau tidur-tiduran di sana gitu, ahaha. Tapi
kayaknya ngeri juga kalau tahu-tahu ada banteng atau macam. Siang itu kami
belum cukup beruntung. Tidak banyak hewan yang terlihat. Tetapi setidaknya kami
cukup puas dengan pemandangan hijaunya savana. Beberapa menit kemudian, aku
turun dari gardu pandang dan menewaskan diri di atas meja. Ngantuk berat. Aku
sudah berpesan ke Mas Ilham untuk membangunkanku 30 menit kemudian. Dan benar
saja, begitu tubuhku nempel di atas meja, aku langsung ilang. Tidur di alam
terbuka dengan udara semilir merupakan suatu kenikmatan tak terkira. Baru juga
aku bermimpi dimasakin emak, tahu-tahu aku dibangunin. Argh -____-
“Ayo pulang! Langit gelap banget,
kayaknya mau turun hujan!”
Aku bangun, mengucek mata sembari
mengembalikan nyawa, lalu berjalan ogah-ogahan ke parkiran. Masih ngantuk
banget. Nyawaku belum penuh benar ketika Mas Ilham menstarter motor. Benar
saja, sekeluarnya dari kawasan Alas Purwo kami disambut dengan hujan
rintik-rintik yang makin lama makin deras. Awalnya aku bersikeras untuk tidak
memakai mantel—toh sepuluh menit lagi sudah sampai rumah Mas Ilham—tapi karena
hujannya makin ugal-ugalan akhirnya kami berhenti sejenak buat make mantel.
Pukul setengah enam sore, sampailah kami di rumah Mas Ilham dalam keadaan
lumayan basah kuyup. Begitu tubuhku menempel kursi, tahu-tahu aku ngilang gitu
aja. Ketiduran, hahahaha. Sore itu hujan sangat deras. Diam-diam aku galau.
Rencananya sore itu aku mau langsung pulang ke Jember, tapi karena cuaca tidak
mendukung jadi Mas Ilham memutuskan untuk mengantarku besok pukul tiga pagi.
Hiks … hiks … terharu campur nggak enak. Sebenarnya aku bisa saja pulang
sendirian, walaupun aku susah mengingat jalan tapi biasanya aku selalu bisa
pulang dengan selamat. Ya, modal mulut lah, tanya-tanya ke orang. Hahahaha.
Keesokan harinya, kami bangun telat
gegara kelelahan, hahaha. Ujung-ujungnya kami pergi pukul setengah lima pagi.
Dua lelaki itu mengantarku sampai kos Dila. Setelah mindahin foto ke laptop,
kami kemudian sarapan di warung dekat situ. Selesai makan, Mas Ilham nganterin
Aka ke Stasiun Jember, lalu pulang ke rumahnya di Banyuwangi. Domo arigatou gozaimasu, dua lelaki superbaik! Terima kasih atas perjalanannya. See you next time …:))
Annyeong! |
Ini mah jalanannya masih bagus |
Holla, Alas Purwo! |
Pantai Pancur |
Sungai entah apa namanya |
Padang Savana Alas Purwo |
Jember, Selasa 23 Desember 2014
Pukul 15.40 WIB